Penyakit yang berpunca dari darah
Anemia sel sabit
Anemia sel
sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan
sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa lubang
(lingkaran, pipih di bagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka melewati
pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh.
Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah
terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel darah merah ini
akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan
organ tubuh.
Hemofilia
Hemofilia
adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan faktor
pembekuan darah. Hemofilia A timbul jika ada kelainan pada gen yang menyebabkan
kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII). Sedangkan, hemofilia B disebabkan
kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). Hemofilia A dan B tidak dapat dibedakan
karena mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola pewarisan gen yang serupa.
Hemofilia
adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat.[1] kelainan
perdarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat dalam
berkas Talmud pada Abad Kedua.[1] Sejarah modern dari hemofilia dimulai pada
tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak yang menderita
hemofilia.[1] Pada tahun 1820, untuk pertama kalinya dilakukan ulasan tentang
hemofilia oleh Nasse.[1] Pembuktian adanya kecacatan pada proses pembekuan
darah pada hemofilia dilakukan oleh Wright pada tahun 1893.[1] Namun, faktor
VIII (FVIII) belum teridentifikasi hingg tahun 1937 ketika Patek dan Taylor
berhasil mengisolasi faktor pembekuan dari darah, yang saat itu disebut sebagai
faktor antihemofilia (AHF).[1]
Suatu
bioasai dari faktor VIII diperkenalkan pada tahun 1950. Walaupun hubungan
antara FVIII dan faktor von Willbrad (vWF) telah diketahui, namun hal ini tidak
disadari saat itu. Pada tahun 1953, kurangnya faktor VIII pada pasien dengan
defisiensi vWF pertama kali dijelaskan. Penelitian berikutnya oleh Nilson dan
kawan-kawan mengindikasikan adanya interaksi antara 2 faktor pembekuan
sebelumnya.
Pada tahun
1952, penyakit christmas pertama kali dideskripsikan dan nama penyakit tersebut
diambil dari nama keluarga pasien pertama yang diteliti secara menyeluruh.
Penyakit ini sangat berbeda dari hemofilia karena pencampuran plasma pasien
penyakit christmas dengan plasma pasien hemofilia menormalkan masa pembekuan
(clotting time/CT) karena itu hemofilia A dan B kemudian dibedakan.
Pada awal
tahun 1960an, kriopresipitat adalah konsentrat yang pertama kali ada untuk
terapi hemofilia. pada tahun 1970an, lyophilized intermediate-purity
concentrates atau konsentrat murni liofil menengah pertama kali dibuat dari
kumpulan darah donor. sejak saat itu terapi hemofilia secara dramatis berhasil
meningkatkan harapan hidup penderitanya dan dapat memfasilitasi mereka untuk pembedahan
dan perawatan di rumah
Pada tahun
1980an, risiko tertular penyakit yang berasal dari konsentrat FVII pertama kali
diketahui. kebanyakan pasien dengan hemofilia berat terinfeksi oleh penyakit
hepatitis B dan hepatitis C. pada akhir tahun 1980an hampir semua pasien
hemofilia berat terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C dan HIV.
teknik virisidal terbaru kemudian ditemukan dan efektif membunuh virus-virus
tersebut. standar terbaru tatalaksana hemofilia sekarang menggunakan konsentrat
FVIII rekombinan sehingga dapat menghilangkan risiko tertular virus.
Limfoma
Limfoma
adalah salah satu jenis kanker darah yang terjadi ketika limfosit B atau T,[1]
yaitu sel darah putih yang menjaga daya tahan tubuh, menjadi abnormal dengan membelah
lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih lama dari biasanya. Limfoma dapat
muncul di berbagai bagian tubuh, seperti nodus limfa, limpa, sumsum tulang,
darah, atau organ lainnya,[2] yang pada akhirnya akan membentuk tumor, yang
tumbuh dan mengambil ruang jaringan dan organ di sekitarnya, sehingga
menghentikan asupan oksigen dan nutrien untuk jaringan atau organ tersebut.[3]
Limfoma
dapat ditangani dengan melakukan kemoterapi dan kadang-kadang radioterapi atau
transplantasi sumsum tulang, dan penyembuhannya tergantung kepada histologi,
jenis, dan tahapan penyakit.[4] Sel kanker tersebut biasanya muncul di nodus
limfa, yang juga dapat memengaruhi organ lain seperti kulit, otak, dan tulang
(limfoma ekstranodal). Limfoma berhubungan dekat dengan leukemia, yang juga
muncul di limfosit, namun hanya pada darah dan sumsum tulang, dan biasanya
tidak membentuk tumor yang statis.[4] Ada banyak jenis limfoma, dan limfoma
merupakan salah satu penyakit hematologis.
Limfoma
Hodgkin
Limfoma
Hodgkin, juga diketahui sebagai penyakit Hodgkin, adalah tipe limfoma yang
pertama kali dideskripsikan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Secara klinis,
Limfoma Hodgkin dikarakterisasikan dengan penyebaran penyakit melalui satu grup
nodus limfa menuju lainnya dan dengan perkembangan gejala B dengan penyakit
yang sudah jauh berkembang. Secara pathologi, penyakit ini dikarakterisasikan
oleh kehadiran sel Reed-Sternberg. Limfoma Hodgkin adalah salah satu dari
kanker pertama yang dapat disembuhkan oleh radiasi. Nantinya limfoma Hodgkin
merupakan salah satu yang pertama kalinya dapat disebuhkan oleh kombinasi
kemoterapi. Rata penyembuhan sekitar 93%, membuat penyakit ini sebagai salah
satu kanker yang paling dapat disembuhkan.
Sindrom
antibodi antifosfolipid
Sindrom
antibodi antifosfolipid (bahasa Inggris:Antiphospholipid antibody syndrom)
disingkat APS adalah gangguan pada sistem pembekuan darah yang dapat
menyebabkan thrombosis pada arteri dan vena serta dapat menyebabkan gangguan
pada kehamilan yang berujung pada keguguran. Disebabkan karena produksi
antibodi sistem kekebalan tubuh terhadap membran sel. Sering disebut juga
sebagai sindrom Hughes untuk menghargai jasa penemunya rheumatologis Dr Graham
R.V. Hughes (dari rumah sakit St Thomas, London, Britania Raya).
Dalam
keadaan normal, antibodi berfungsi baik untuk melawan kuman dan infeksi yang
disebabkan virus, akan tetapi kadang-kadang sistem kekebalan tubuh mengalami
kerusakan sehingga menyerang tubuh sendiri. Antibodi APS ini dapat dideteksi
dengan tes darah tertentu. Apabila seseorang dideteksi memiliki antibodi ini,
dapat dipastikan orang tersebut dapat mengalami masalah-masalah tertentu.
APS
menyebabkan orang merasa lelah, sakit pada persendian, akan tetapi pada bisa
juga tidak memiliki gejala-gejala tersebut. Kadang kala APS juga diasosiasikan
dengan penyakit yang disebut systemic lupus erythematosis (SLE).
Masalah-masalah
yang dapat ditimbulkan oleh antibodi APS ini antara lain:
Keguguran berulang pada kehamilan awal
Keguguran setelah semester pertama (13
minggu)
Pre-eclampsia dalam kehamilan
Bayi berukuran kecil
Thrombosis pada pembuluh darah balik (vena)
Antibodi ini
ditemukan pada 2% wanita. Tidak semua orang yang dideteksi memiliki antibodi
ini akan mengalami masalah di atas. Kadar antibodi ini dapat meningkat ataupun
menurun dan bahkan menghilang, jadi untuk dapat mengatakan seseorang memiliki
antibodi ini diperlukan tes ulang dengan jangka waktu 8 minggu dari tes pertama
dan tetap positif.
Salah satu
masalah serius yang ditimbulkan oleh APS adalah keguguran berulang. Pengobatan
antara lain dilakukan dengan memberikan aspirin dosis rendah pada tahap awal
kehamilan. Kadang kala dikombinasikan dengan obat yang bernama heparin yang
berbentuk suntikan.
Antibodi
antifosfolipid menekan kadar zat yang disebut annexin V dan mempercepat
pembekuan darah serta memicu bekuan darah (trombosis) sehingga terjadi keguguran.
Antibodi terhadap antifosfolipid juga mengganggu peran pengaturan berbagai
faktor dalam sistem pembekuan darah. Untuk mencegah terjadinya abortus akibat
APS, maka Ibu hamil diberikan suntikan obat antikoagulan yang disebut heparin,
dengan atau tanpa kombinasi dengan aspirin dosis rendah. Antikoagulan yang
diberikan memang harus dengan pemberian heparin yang disuntikkan dan pada
kehamilan tidak boleh digunakan obat-obat antikoagulan yang diminum seperti
warfarin (Sintrom, Simarck-2) karena dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya.
Sindrom
uremik-hemolitik
Sindrom
uremik-hemolitik (atau sindrom hemolitik uremia, disingkat SHU) adalah suatu
penyakit yang dicirikan oleh anemia hemolitik, gagal ginjal akut (uremia) dan
menurunnya jumlah keping darah (trombositopenia). Penyakit ini terutama
dijumpai pada anak-anak. Kebanyakan kasus penyakit ini didahului oleh gejala
diare yang disebabkan oleh E. coli O157:H7, yang ditularkan melalui makanan.
Penyakit ini tergolong berbahaya dan menyebabkan 5–10% mortalitas; kebanyakan
pasien yang sembuh tidak mengalami akibat lebih lanjut, tetapi sejumlah kecil
lainnya menderita gagal ginjal kronis dan harus menjalani terapi seperti
hemodialisis atau bahkan transplantasi ginjal.[1] Penyakit ini pertama kali
didefinisikan sebagai suatu sindrom pada tahun 1955
sekadar pengongsian maklumat .............
Ulasan